Selasa, 15 Maret 2016

Kunci determinasi Cabai Rawit

I.Data Taksonomi



Susunan klasifikasi:



Regnum          : Plantae

Devisio            : Magnoliophyta

Sub devisio     : Spermatophyta

Classis             : Magnoliopsida

Sub classis       : Asteridae

Ordo               : Solanales

Familia            : Solanaceae

Genus              : Capsicum

Species            : Capsicum frutescens L.



II.Kunci determinasi.



Untuk determinasi family :

1b…,2b…,3b…,4b…,6b…,7b…,9b…,10b…,11b…,12b…,13b…,14a…,15b…, 197b…,208b…,219a…,Fam. 111. Solanaceae



Untuk determinasi genus :

1b…,3b…,5b…,6b…,7a…,Genus 7 Capsicum



Untuk determinasi species :

1b…,Capsicum frutescens



III.Penyanderaan Secara Umum



 Herba yang hidup lama, tegak, bercabang lebar, tinggi 0,5-1,5 m. Daun tersebar, sering juga 2-3 bersama-sama dan selanjutnya tidak sama besarnya ; tangkai 0,5-3,5 cm ; helaian daun bulat memanjang atau bulat telur bentuk lanset,dengan, dengan pangkal runcing dan ujung yang menyempit, 1,5-10 kali 0,5-5,5 cm. Bunga diujung atau nampaknya di ketiak ; tangkai tegak dengan ujung yang mengangguk, 1,5-2,5 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan 5 gigi kecil, di bawah buah membesar. Mahkota bentuk roda, berbagi 5 dalam, taju runcing. Kepala sari ungu. Bakal buah beruang 2 (jarang 3). Buah buni bulat telur memanjang, merah rasanya sangat pedas. Dari Amerika tropis ; sangat banyak ditanam karena buahnya dan tunas yang muda. Liar pada tepi ladang dan di kampung-kampung. Cabe rawit, Ind, Cabe cengek, S, Ceplik, S, Lombok belis, Lombok jemprit, Lombok gambir, Lombok impling, Lombok rawit, Lombok setan, Lombok cengis, J, Cabbhi ghaltek, Cabbhi lettek, Cabbhi taena manok, Md.



IV.Data Ekologi

Ø  Nama tumbuhan          :  Capsicum frutescens L. (Cabe Rawit)

Ø  Keadaan tanah                        :  Kering

Ø  Curah hujan                 :  Sedang

Ø  Suhu                            :  Tropis  ± 30 º C

Ø  Lokasi                          :  Di perladangan Desa Mattoanging

Ø  Tumbuh di daerah       :  Dataran Tinggi


Sumber: Hasnawati.2013.Buku Kolektor

Cabai Rawit

Cabai rawit atau cabai kathur, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di KeralaIndia, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakankanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 - 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Terdapat peribahasa Indonesia "kecil-kecil cabai rawit" (Malaysia: kecil-kecil cili padi), yang artinya kecil-kecil tapi pemberani. Hama yang menyerang antara lain Bactrocera papayae dan Bactrocera carambolae.
Manfaat bagi kesehatan:[1][2][3]
  1. Meningkatkan sirkulasi darah
  2. Membantu nyeri otot
  3. Membantu detoksifikasi

CABAI

Cabai atau cabai merah atau chili adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuranmaupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" ke sepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

Manfaat Cabai[sunting | sunting sumber]

Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. [1]. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).
Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi [2] dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.

Cara penanaman[sunting | sunting sumber]

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.
Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji).

Permasalahan produksi[sunting | sunting sumber]

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen[3]. Laporan Departemen Pertanian RI tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya terutama adalah lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.
Selain lalat buah, Kutudaun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budidaya cabai karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga

Upaya penanggulangan hama[sunting | sunting sumber]

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagikonsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi Tephrosia vogelii, jeruk purut Citrus hystrix, serai wangi Cymbopogon citratus efektif sebagai penolak lalat buah.[5]
Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Di samping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida danpestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).

Chord Nino, Marion Jola - Jam Rawan

Intro:  C#Maj7 G#min7 F#Maj7-F#min7 C#Maj7 Verse 1:                                           D#min7 Kasih, jangan buat ku berharap Ab9sus  ...